Diperkosa di dapur baru

Karena saya dilahirkan dari keluarga
yang taat agama, maka saya pun seorang yang taat agama.Setelah
pernikahan menginjak usia 1 tahun, suami saya oleh perusahaan ditugasi
untuk bekerja di pabrik di daerah bogor. Sebagai fasilitas, kami
diberikan sebuah rumah sederhana di komplek perusahaan. Sebagai seorang
istri yang taat, saya menurutinya pindah ke tempat itu. Komplek tempat
tinggal saya ternyata masih kosong, bahkan di blok tempat saya tinggal,
baru ada rumah kami dan sebuah rumah lagi yang dihuni, itu pun cukup
jauh letaknya dari rumah kami.

Karena
rumah kami masih sangat asli kami belum memiliki dapur, sehingga jika
kami mau memasak saya harus memasak di halaman belakang yang terbuka,
ciri khas rumah sederhana. Akhirnya suami memutuskan untuk membangun
dapur dan ruang makan di sisa tanah yang tersisa, kebetulan ada seorang
tukang bangunan yang menawarkan jasanya. Karena kami tidak merasa
memiliki barang berharga, kami mempercayai mereka mengerjakan dapur
tersebut tanpa harus kami tunggui, suami tetap berangkat ke kantor
sedangkan saya tetap kuliah.

Sampai suatu hari, saya sedang libur
dan suami saya tetap ke kantor. Pagi itu setelah mengantar Bang Hamzah
sampai ke depan gerbang, saya pun masuk ke rumah. Sebenarnya perasaan
saya sedikit tidak enak di rumah sendirian karena lingkungan kami yang
sepi. Sampai ketika beberapa saat kemudian Pak Sastro dan dua orang
temannya datang untuk meneruskan kerjanya. Dia tampak cukup terkejut
melihat saya ada di rumah, karena saya tidak bilang sebelumnya bahwa
saya libur.

“Eh, kok Neng Anggie nggak berangkat kuliah..?”
“Iya
nih Pak Sastro, lagi libur..” jawab saya sambil membukakan pintu rumah.
“Kalo
gitu saya mau nerusin kerja di belakang Neng..” katanya.
“Oh,
silahkan..!” kata saya.

Tidak lama kemudian mereka masuk ke
belakang, dan saya mengambil sebuah majalah untuk membaca di kamar tidur
saya. Namun ketika baru saja saya mau menuju tempat tidur, saya lihat
melalui jendela kamar Pak Satro sedang mengganti pakaiannya dengan
pakaian kotor yang biasa dikenakan saat bekerja. Dan alangkah
terkejutnya saya menyaksikan bagaimana Pak Sastro tidak menggunakan
pakaian dalam. Sehingga saya dapat melihat dengan jelas otot tubuhnya
yang bagus dan yang paling penting penisnya yang sangat besar jika
dibandingkan milik suami saya.

Saya seketika terkesima sampai
tidak sadar kalau Pak Satro juga memandang saya.
“Eh, ada apa
Neng..?” katanya sambil menatap ke arah saya yang masih dalam keadaan
telanjang
dan saya lihat penis itu mengacung ke atas sehing terlihat
lebih besar lagi.
Saya terkejut dan malu sehingga cepat-cepat menutup
jendela sambil nafas jadi terengah-engah. Seketika diri saya diliputi
perasaan aneh, belum pernah saya melihat laki-laki telanjang sebelumnya
selain suami, bahkan jika sedang berhubungan sex dengan suami saya,
suami masih menutupi tubuh kami dengan selimut, sehingga tidak terlihat
seluruhnya tubuh kami.

Saya mencoba mengalihkan persaan saya
dengan membaca, tetapi tetap saja tidak dapat hilang. Akhirnya saya
putuskan untuk mandi dengan air dingin. Cepat-cepat saya masuk ke kamar
mandi dan mandi. Setelah selesai, saya baru sadar saya tidak membawa
handuk karena tadi terburu-buru, sedangkan pakaian yang saya kenakan
sudah saya basahi dan penuh sabun karena saya rendam. Saya bingung,
namun akhirnya saya putuskan untuk berlari saja ke kamar tidur, toh
jaraknya dekat dan para tukang bangunan ada di halaman belakang dan
pintunya tertutup. Saya yakin mereka tidak akan melihat, dan saya pun
mulai berlari ke arah kamar saya yang pintunya terbuka.

Namun
baru saya akan masuk ke kamar, tubuh saya menabrak sesuatu hingga
terjatuh. Dan alangkah terkejutnya, ternyata yang saya tabrak itu adalah
Pak Sastro.
“Maaf Neng.., tadi saya cari Neng Anggie tapi Neng
Anggie nggak ada di kamar. Baru saya mau keluar, eh Neng Anggi nabrak
saya..” katanya dengan santai seolah tidak melihat kalau saya sedang
telanjang bulat.

Perlu diketahui, saya memiliki kulit yang sangat
putih mulus dan walau tidak terlalu tinggi bahkan sedikit mungil (152
cm), namun tubuh saya sangat proposional dengan dua buah payudara
berukuran 34C yang sedikit kebesaran dibandingkan ukuran tubuh saya.

Saya
begitu malu berusah bangkit sambil mentupi dada dan bagian bawah saya.

Namun
Pak Satro segera menangkap tangan saya dan berkata, “Nggak usah malu
Neng.., tadi Neng juga udah ngeliat punya saya, saya nggak malu kok..”

“Jangan
Pak..!” kata saya, namun Pak satro malah mengangkat saya ke arah
halaman belakang menuju dua orang temannya.

Saya berusaha
memberontak dan berteriak, tapi Pak Sastro dengan santainya malah
berkata, “Tenang aja Neng.., di sini sepi. Suara teriakan Neng nggak
bakal ada yang denger..”

Melihat tubuh telanjang saya, kedua teman
Pak Sastro segera bersorak kegirangan.

“Wah, bagus betul ni tetek..”
kata yang satu sambil membetot dan meremas payudara saya
sekeras-kerasnya.”Tolong jangan perkosa saya, saya nggak bakalan lapor
siapa-siapa..” kata saya.

“Tenang aja deh kamu nikmati aja..” kata
teman Pak Sastro yang badannya sedikit gendut sambil tangannya meraba
bulu kemaluan saya, sedang Pak Satro masih memegang kedua tangan saya
dengan kencang.

Tidak berapa lama kemudian saya lihat ketiganya
mulai melepas pakaian mereka. Saya melihat tubuh-tubuh mereka yang
mengkilat karena keringat dan penis mereka yang mengacung karena
nafsunya. Dengan cepat mereka membaringkan tubuh saya di atas pasir.
Kemudian Pak Sastro mulai menjilati kemaluan saya.

“Wah.., memeknya
wangi loh..” katanya.

Saya segera berontak, namun kedua teman Pak
Satro segera memegangi kedua tangan dan kaki saya. Yang botak memegang
kaki, sedangkan yang gendut memegang kedua tangan saya sambil menghisap
puting susu saya. Tidak berapa lama kemudian Pak Sastro mulai
mengarahkan penisnya yang besar ke lubang kemaluan saya. Dan ternyata,
yang tidak saya duga sebelumnya, rasanya ternyata sangat nikmat.
Benar-benar berbeda dengan suami saya. Namun karena malu, saya terus
berontak sampai Pak Sastro mulai mengoyangkan penisnya dengan gerakan
yang kasar, tapi entah kenapa saya justru merasa kenikmatan yang luar
biasa, sehingga tanpa sadar saya berhenti berontak dan mulai mengikuti
irama goyangnya.

Melihat itu kedua teman Pak Sastro tertawa dan
mengendurkan pegangannya. Mendengar tawa mereka, saya sadar namun mau
memberontak lagi saya merasa tanggung, sehingga yang terjadi adalah saya
terlihat seperti sedang berpura-pura mau berontak namun walau
dilepaskan saya tetap tidak berusaha melepaskan diri dari Pak Sastro.

Tidak
lama kemudian Pak Sastro membalikkan tubuh saya dalam posisi doggie
tanpa melepaskan miliknya dari kemaluan saya. Melihat itu, tanpa
dikomando si gendut langsung memasukkan penisnya ke mulut saya. Saya
berusaha berontak, namun si gendut menjambak saya dengan keras, sehingga
saya menurutinya. Saya benar-benar mengalami sensasi yang luar biasa,
sehingga beberapa saat kemudian saya mengalami orgasme yang luar biasa
yang belum pernah saya alami sebelumnya. Tubuh saya menjadi lemas dan
jatuh tertelungkup. Namun tampaknya Pak Satro belum selesai, sehingga
genjotannya dipercepat sampai kemudian dia mencapai kelimaks dan
memuntahkan spermanya ke dalam rahim saya.

Begitu Pak Sastro
mencabutnya, si botak langsung memasukkan kemaluannya ke dalam milik
saya tanpa memberi waktu untuk istirahat. Tidak lama kemudian si gendut
mencapai kelimaks, dia menekan kemaluannya ke dalam mulut saya dan tanpa
aba- aba, langsung menembakkan spermanya ke dalam mulut saya. Banyak
sekali spermanya yang saya rasakan di mulut saya, namun ketika saya
hendak membuang sperma itu, Pak Sastro yang saya lihat sedang duduk
beristirahat berkata.

“Jangan dibuang dulu, cepet kamu kumur-kumur
mani itu yang lama.. pasti nikmat.. ha.. ha.. ha..”

Dan seperti
seekor kerbau yang bodoh, saya menurutinya berkumur dengan seperma itu.

Sementara
si botak terus mengocok penisnya di dalam kemaluan saya, saya melihat
Pak Sastro masuk ke dalam rumah saya dan keluar kembali dengan membawa
sebuah terong besar yang saya beli tadi pagi untuk saya masak serta
sebuah kalung mutiara imitasi milik saya. Tidak berapa lama kemudian si
botak mencapai kelimaks dan saya pun terjatuh lemas di atas pasir
tersebut. Melihat temannya sudah selesai, Pak Satro menghampiri saya
sambil memaksa saya kembali ke posisi merangkak.

“Sambil menunggu
tenaga kita kembali pulih, mari kita lihat hiburan ini..” katanya
sambil memasukkan terong ungu yang sangat besar itu ke dalam vagina
saya.

Tentu saja saya terkejut dan berusaha memberontak, tetapi kedua
temannya segera memegangi saya.

Dan tidak lama kemudian, “Bless..!”
terong itu masuk 3/4-nya ke dalam vagina saya.

Rasa sakitnya
benar-benar luar biasa, sehingga saya menggoyang-goyangkan pantat saya
ke kiri dan kanan.

“Lihat anjing ini.. ekornya aneh.. ha.. ha..
ha..” kata si botak.

“Sekarang kamu merangkak keliling halaman
belakang ini, ayo cepat..!” kata si gendut.

Dengan perlahan saya
merangkak, dan ternyata rasanya benar-benar nikmat.

Karena rasa geli-geli nikmat itu, sedikit-sedikit saya berhenti, tetapi
setiap saya
berhenti dengan segera mereka mencambuk pantat saya. Tidak berapa lama
saya mencapai kelimaks, melihat itu mereka tertawa. Pak Sastro kemudian
menghampiri saya, lalu mulai memasukkan kalung mutiara imitasi yang
sebesar kelereng tadi satu persatu ke dalam lubang anus saya.

Saya
kembali menjerit, tetapi dengan tenang dia berkata, “Tahan dikit ya..,
nanti enak kok..!”

Sampai akhirnya, kemudian kalung itu tinggal
seperempatnya yang terlihat, lalu sambil menggenggam sisa kalung
tersebut dia berkata.

“Sekarang kamu maju pelan-pelan..”

Dan
ketika saya bergerak, kembali kalung itu tercabut pelan-pelan dari anus
saya sampai habis. Begitulah mereka mempermainkan saya sampai kemudian
mereka siap memperkosa saya lagi berulang-ulang sampai sore hari, dan
anehnya setiap mereka kelimaks saya pun turut orgasme dengan arti saya
menikmati diperkosa.

Dan anehnya lagi, malam harinya ketika suami
saya pulang, saya sama sekali tidak melaporkan kejadian tersebut
kepadanya, sehingga pemerkosaan tersebut terus terjadi berulang-ulang
setiap saya sedang tidak kuliah. Dan setiap memperkosa, mereka selalu
menyelingi dengan mengerjai saya dengan cara yang aneh-aneh, dan itu
berlangsung sampai dapur saya selesai dibangun.

Leave a comment